Dari Lahan 1.000 Meter Jadi Omzet Puluhan Juta, Shofyan Adi Cahyono Buktikan Bertani Itu Keren

SEMARANG, KLIKSOLONEWS.COM – Tak ada yang menyangka, seorang pemuda yang dulu menolak kuliah pertanian kini menjadi contoh nyata bahwa bertani bisa membawa kesuksesan. Dialah Shofyan Adi Cahyono, pendiri Sayur Organik Merbabu (SOM), yang kini menikmati hasil kerja kerasnya dengan omzet mencapai puluhan juta rupiah setiap bulan.

Dalam acara Local Hero Kabupaten Semarang bertajuk “Mendulang Inspirasi Sukses dari Local Hero Semarang” di The Wujil Resort & Conventions, Ungaran, Jumat (24/10/2025), Shofyan membagikan kisah perjuangannya di depan ratusan peserta muda. Ia menantang audiens dengan pertanyaan sederhana: siapa yang bercita-cita menjadi petani? Namun dari seratusan peserta yang hadir, hampir tak ada satu pun tangan terangkat.

Bacaan Lainnya

“Mereka menganggap pertanian itu berat, tidak menjanjikan, dan sulit balik modal. Padahal kenyataannya tidak begitu,” kata Shofyan sambil tersenyum.

Pemuda kelahiran 20 Juli 1995 itu memulai usaha pertaniannya dari lahan milik keluarga seluas 1.000 meter di lereng Gunung Merbabu. Awalnya, ia sama sekali tidak tertarik dengan pertanian. Ia justru bercita-cita kuliah di bidang teknologi informasi agar bisa membuka usaha warnet. Namun orang tuanya menolak, karena harus menjual tanah keluarga untuk biaya kuliah.

“Saya gak rela tanah dijual. Akhirnya saya pilih kuliah pertanian di UKSW Salatiga. Dari situ saya mulai belajar dan melihat peluang di pertanian organik,” kenangnya.

Dari tekad itu, lahirlah Sayur Organik Merbabu (SOM) — usaha yang kini tidak hanya memasok sayuran ke berbagai daerah di Jawa, tetapi juga ke luar pulau dan bahkan Singapura. Ia juga mempekerjakan 15 orang dari sekitar desanya.

“Wajah hitam kena matahari gak apa-apa, yang penting isi dompetnya merah semua,” ucapnya disambut tepuk tangan peserta.

Menurut Shofyan, yang perlu diubah adalah cara pandang anak muda terhadap dunia pertanian.

“Kalau mau terjun ke pertanian, jangan hanya jadi petani. Jadilah entrepreneur pertanian. Di saat jumlah petani makin sedikit, justru peluangnya makin besar,” ujarnya.

Ia juga menyoroti persoalan klasik petani yang sering dirugikan rantai distribusi panjang. Melalui SOM, ia ingin menghubungkan langsung petani dan konsumen.

“Selama ini petani gak bisa menawar pupuk, tapi pas jual hasil panen malah ditawar. Saya ingin itu berubah,” tegasnya.

Kegiatan yang digelar Kejaksaan Negeri Kabupaten Semarang bersama Solusi Indonesia ini tak hanya menampilkan kisah sukses Shofyan, tapi juga menghadirkan Ketua Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TPPD) Jateng, Zulkifli Gayo. Ia mengajak Gen Z aktif di ruang diskusi dan organisasi agar terbiasa berpikir kritis dan inovatif.

“Tokoh-tokoh besar lahir dari forum diskusi. Gunakan ruang seperti ini untuk mengasah kemampuan dan jaringan,” kata Zulkifli.

Ia juga memperkenalkan berbagai program Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi bagi generasi muda, mulai dari pelatihan vokasi, kewirausahaan muda, hingga ekonomi digital. “Ada 45 pelatihan gratis yang bisa diakses di situs zilenialjateng.id. Silakan manfaatkan,” ujarnya.

Acara tersebut merupakan bagian dari Diskusi Publik bertema “Korupsi Lagi… Korupsi Lagi, Bagaimana Mengatasinya?” yang menghadirkan Ketua Komisi Kejaksaan RI, Pujiyono Suwadi, dan Kajari Kabupaten Semarang, Ismail Fahmi. Selain membahas isu antikorupsi, forum ini juga menampilkan kisah inspiratif tokoh muda seperti Shofyan, yang membuktikan bahwa kerja keras dan inovasi bisa mengubah hidup siapa pun. (KS1)

About The Author

Pos terkait