SOLO, KLIKSOLONEWS.COM – Sejumlah legenda sepak bola Kota Solo berkumpul untuk berdiskusi mengenai kondisi sepak bola di kota mereka yang dinilai sedang mengalami penurunan.
Diskusi yang bertajuk “Bincang tentang Sepakbola Solo” ini berlangsung di RM Pecel Solo, pada Sabtu 10 Agustus 2024, dan membahas berbagai persoalan yang terus berlarut tanpa solusi yang jelas.
Diskusi ini diinisiasi oleh Purwono, mantan Project Official Manager Persis Solo, yang merasa terpanggil untuk mengumpulkan para tokoh sepak bola Solo guna menyampaikan keluh kesah dan keprihatinan mereka terhadap kondisi sepak bola di Kota Bengawan.
“Para legenda sepak bola Solo berkumpul, bersilaturahmi, dan berbagi keprihatinan mengenai Persis Solo yang dulu begitu disegani,” ungkap Purwono.
Meskipun tidak semua legenda sepak bola Solo hadir, Purwono merasa senang melihat antusiasme mereka. Banyak dari mereka yang menyumbangkan ide dan pemikiran untuk membangkitkan kembali kejayaan Persis Solo.
“Kami saling melepas kangen dan memberikan sumbangsih pemikiran dengan harapan agar Persis bisa bangkit lagi, sesuai harapan para tokoh senior. Kompetisi yang selama ini kurang berjalan dengan baik juga menjadi perhatian,” tambahnya.
Purwono menekankan bahwa forum ini bukanlah untuk mencari-cari kesalahan, tetapi untuk menciptakan momentum kebangkitan sepak bola di Solo.
“Kita tidak boleh saling menyalahkan. Mari kita mulai dengan harapan baik untuk menciptakan sinergi. Organisasi mungkin perlu pembenahan, dan kita harus mendorong adanya kompetisi yang baik dan sehat,” jelasnya.
Dalam perbincangan tersebut, muncul juga keluhan mengenai tingginya tarif penggunaan stadion dan lapangan di Solo, meskipun sarana yang tersedia sudah memadai.
“Lapangan-lapangan standar sudah bagus, tapi tarifnya mahal. Padahal itu dibangun dengan uang rakyat, seharusnya tarif tidak dinaikkan. Harusnya klub-klub dibebaskan dari biaya, apalagi jika pembangunannya dari anggaran atau CSR,” tegas Purwono.
Selain itu, diskusi malam itu juga menyinggung peran Askot PSSI Solo yang dinilai perlu membuat program yang lebih aplikatif dalam pengembangan sepak bola amatir.
Askot PSSI Solo diharapkan bisa menjadi jembatan yang menghubungkan sepak bola amatir dengan sepak bola profesional di kota tersebut.
“Minimal, sepak bola amatir harus bisa menyumbangkan pemain-pemain berbakat ke tingkat profesional. Persis Solo seharusnya berperan sebagai bapak asuh bagi sepak bola amatir, tanpa adanya kepentingan lain,” tutup Purwono.
Diskusi ini diharapkan dapat menjadi awal dari upaya untuk memperbaiki dan memajukan sepak bola di Kota Solo, sehingga dapat kembali mengukir prestasi di kancah nasional maupun internasional. (KS01)