Kepergian Sumari karena Sakit Jantung, Tukang Becak Pasar Gede yang Dikenang karena Keramahan

Kepergian Sumari, Tukang Becak Pasar Gede yang Dikenang karena Keramahan. (KlikSoloNews/dok AI)

SOLO, KLIKSOLONEWS.COM – Lebih dari dua pekan berlalu sejak kepergian Sumari (60), suasana duka masih terasa di kalangan tukang becak Pasar Gede, Solo.

Pria asal Pacitan itu menghembuskan napas terakhir saat beristirahat di atas becaknya pada Jumat malam, 29 Agustus 2025. Pihak keluarga besar Sumari pun sudah merelakan kepergiannya karena sakit yang dideritanya beberapa waktu terakhir.

Bacaan Lainnya

Jenazahnya telah dimakamkan di kampung halaman, namun kenangan tentang sosok sederhana dan penuh tawa itu masih membekas kuat di hati rekan-rekannya.

Bagi para tukang becak Pasar Gede, Sumari bukan hanya sekadar rekan kerja. Ia dikenal ramah, ringan tangan, dan selalu hadir dengan senyum tulus.

Hampir setiap malam, almarhum memilih tidur di becaknya yang terparkir di sisi barat pintu utama pasar. Alasannya sederhana, jarak rumahnya jauh dan ia ingin tetap dekat dengan pangkalan.

“Kami semua masih merasa kehilangan. Sore sebelum kejadian, beliau masih sempat ngobrol dengan kami. Tidak menyangka malamnya justru pergi untuk selamanya,” ungkap Suyatno, salah satu tukang becak yang biasa mangkal di pintu timur pasar.

Tetap Bekerja Meski Sakit Jantung

Menurut para sahabatnya, Sumari sudah lama memiliki keluhan di bagian dada. Meski begitu, ia tak pernah berhenti mengayuh becak demi bisa mengirim uang untuk keluarganya di Pacitan.

“Beliau orangnya pekerja keras. Tidak pernah mau mengeluh, apalagi menyusahkan orang lain. Kalau capek, cukup istirahat sebentar di becaknya,” tutur Tugiman, rekan sesama tukang becak.

Meski hidup serba pas-pasan, Sumari dikenal suka berbagi. Ia kerap membantu pedagang mengangkat barang dagangan tanpa diminta. Bahkan, ketika ada rezeki lebih, ia tak segan mentraktir teman-teman ngopi bersama.

“Padahal beliau sendiri tidak banyak punya. Tapi hatinya besar dan tulus. Kami benar-benar kehilangan orang baik,” kata Tugiman menambahkan.

Bagi pedagang Pasar Gede, Sumari juga menjadi bagian dari keseharian mereka. Setiap pagi, ia biasa terlihat merapikan becaknya sambil menyapa para pedagang yang baru datang.

“Rasanya berat sekali melihat tempat beliau biasanya mangkal, sekarang kosong. Seperti ada yang hilang dari suasana pasar,” ucap Agus, seorang pedagang buah.

Kepergian Sumari meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan masyarakat sekitar. Namun, keramahan dan ketulusannya akan terus dikenang sebagai teladan tentang arti kerja keras dan kesederhanaan.

Diberitakan sebelumnya, Sumari ditemukan meninggal dunia di becaknya. Diketahui, Sumari sebelumnya sudah merasakan sakit di bagian dada. (KS01)

About The Author

Pos terkait