SOLO, KLIKSOLONEWS.COM – Gita Pratiwi menggelar praktik budidaya untuk mengantisipasi jamur patogen dengan Trichoderma alami.
Trichoderma adalah salah satu agensia hayati yang tumbuh di tempat yang lembab yang subur tanpa terkena sinar matahari seperti di perakaran bambu, di wilayah hutan, dan tempat subur lainnya.
Agensia hayati alami ini memiliki kegunaan yang bagus bagi petani dalam aktivitas budidaya tanaman. Pasalnya tichoderma yang termasuk dalam keluarga fungi ini dapat menjadi benteng pertahanan tanaman dari jamur patogen.
Melihat kelebihan dari jamur trichoderma tersebut Gita Pertiwi manfaatkan untuk menjadi solusi ramah lingkungan bagi para petani di Desa Kemudo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.
Petani Kelompok Rukun Makmur dan Ngudi Mulyo Desa Kemudo banyak mengeluhkan serangan jamur di perakaran tanaman horti dan padi mereka dan sulit untuk memberantas apabila sudah terkena.
Beberapa kali petani mencoba dengan menggunakan fungisida kimia seperti fungisida kimia tetapi tidak berefek pada jamur patogen yang menyerang.
Melihat kondisi tersebut Gita Pertiwi yang berkolaborasi dengan Penyuluh Pertanian setempat dan Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan mendampingi petani untuk perbanyakan trichoderma alami sebagai upaya pencegahan serangan jamur patogen.
“Beberapa waktu sebelumnya kami melakukan fasilitasi di lahan petani, lalu ada petani yang usul untuk membuat fungisida. Setelah itu kami berdiskusi PPL setempat untuk melakukan perbanyakan Trichoderma segera,” jelas Dita selaku fasilitator program Regenerative Agriculture dari Gita Pertiwi.
Sehingga tidak hanya sekadar ingin mengadakan program, tetapi kegiatan yang dilakukan Gita Pertiwi selalu melihat kebutuhan petani yang didiskusikan dengan penyuluh pertanian setempat. Trichoderma dipilih karena lebih ramah lingkungan dan bahan mudah ditemukan di sekitra petani sehingga menghemat biaya perawatan.
“Kita menyesuaikan kebutuhan apa dari petani karena kalau mereka butuh itu nanti pasti mau melaksanakan sampai aplikasinya jadi ada keberlanjutan tidak sekedar hanya pendampingan pembuatan lalu tidak ada tindak lanjut dari petani,” ujar Sumbul yang merupakan penyuluh pertanian setempat
“Sehingga kami dan Gita Pertiwi mengadakan perbanyakan Trichoderma ini karena mereka mau melakukannya. Trichoderma juga agensia hayati yang termasuk organik yang dapat mencegah jamur patogen secara alami,” sambungnya.
Kegiatan yang dilakukan di salah satu rumah petani tersebut disambut baik oleh petani-petani lain yang mengeluhkan serangan jamur dan ingin belajar cara perbanyakan serta aplikasi tricoderma. Selain cara perbanyakan yang mudah bahan yang dibutuhkan cukup sederhana bagi petani. Hanya menyiapkan media yang berasal dari jagung, wadah untuk proses produksi Trichoderma, alkohol, dan biang trichoderma.
Dalam proses perbanyakan tricodherma ini petani diajak untuk praktik secara langsung. Langkahnya pun cukup mudah bagi petani.
Sumbul yang merupakan penyuluh pertanian setempat mendemostrasikan dan menjelaskan kepada petani cara perbanyakan trichoderma tersebut.
Sumbul menjelaskan, jagung dicuci kira-kira 3 kali atau sampai bersih. Kemudian dikukus selama 30 menit atau sampai setengah matang.
Lalu dimasukkan ke dalam plastik tahan panas sebanyak 100 gr. Kemudian dikukus selama 10 menit untuk mensterilkan. Setelah itu disimpan disuhu ruangan selama kurang lebih 24 jam.
Media yang sudah dingin diinokulasi dengan biang trichoderma dengan jarum pangait yang dilakukan dalam wadah inokulasi.
“Setelah itu diinkubasi dalam ruang bersih dengan suhu 25°C – 27°C. Selama 14 hari masa inkubasi jamur trichoderma akan tumbuh yang ditandai dengan warna hijau dan siap diaplikasikan,” tandasSumbul sembari memeragakan prosesnya.
Sumbul juga menerangkan untuk cara pengaplikasiannya juga mudah dan lebih hemat karena untuk 100gram trichoderma dapat digunakan untuk 60 tangki semprot ukuran 20 liter. Sehingga penggunaannya lebih hemat dan dapat digunakan bersama-sama untuk kelompok.
“100 gram trichoderma yang sudah jadi nanti di campur oleh air 15 liter, lalu campuran tadi tiap 10 cc atau liter dapat dicampur air sebanyak 1 liter untuk aplikasi pada tanaman,” katanya.
“Tetapi setelah dicampur air itu nanti masa aktif tricho hanya 1 minggu jadi rekomendasinya ini dapat menjadi program kelompok di Rukun Makmur dan Ngudi Mulyo untuk tanam dan aplikasinya serempak jangan satu-satu karena saying kalau di tidak habis,” urai Sumbul.
Cara aplikasi bisa disiramkan disekitar pangkal batang atau disemprotkan dan aplikasi pd media tanam. Lalu, untuk 100 gram trichoderma dicampur 25 kg pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1 tanah: 1 arang sekam :1 kompos.
“Aplikasi paling baik sore hari dan pagi sebelum jam 9 karena kalau lebih dari itu nanti trichoderma akan mati. Nanti tinggal disiramkan ke tanah dekat perakaran atau bisa juga dengan dicampur dengan olah tanah sebelum tanam,” ujar Ayu Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan.
Sumbul menambahkan untuk trichorderma juga bagus diaplikasikan saat musim penghujan untuk mencegah serangan jamur patogen dengan cara disemprotkan pada tanaman terutama sayur dan buah.
Trichoderma ini memiliki kegunaan yang cukup bagus untuk mencegah serangan jamur patogen pada tanaman petani.
Terlebih lagi apabila buatan sendiri seperti yang dilakukan Gita Pertiwi di Kelompok Tani Rukun Makmur dan Ngudi Mulyo ini lebih hemat dan organik.
Seperti yang dijelaskan Sumbul bahwa Trichoderma yang diperbanyak ini kandungannya lebih murni dari pada produk yang dijual di toko-toko. Selain itu asal dan bahan yang digunakan jelas lebih organik tanpa ada campuran kimia.
Penggunaan trichoderma sendiri tidak memiliki efek samping saat diaplikasikan pada tanaman karena lebih organik. Sehingga menjadi agensia hayati yang melindungi tanaman. Tetapi, tricodherma ini hanya dapat dilakukan sampai perbanyakan 3 kali saja (F3) dari biang anakan pertama (F1) dan setelah itu harus dengan biang awal.
Penggunaan trichoderma di lahan pertanian tersebut merujuk pada upaya pengembangan regenerative agriculture untuk memperbaiki praktik pertanian di lahan.
Regenerative agriculture sendiri merupakan pendekatan yang dilakukan di sektor pertanian untuk memperbaiki praktik budidaya petani dimana non organic chemical fertilizer, pesticide, herbisida digunakan secara intensif.
Oleh karena itu, praktik perbanyakan trichoderma yang lebih organik ini untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap pestisida kimia di lahan pertanian mereka.
Disisi lain, media perbanyakan yang mudah ditemukan dan ramah di kantong tersebut dapat menghemat biaya produksi dari petani. Apabila tidak memiliki jagung petani dapat mengganti bahannya dengan beras dengan proses yang sama.
Petani dari kedua kelompok pun sangat antusias saat mengikuti kegiatan ini mulai dari petani yang lebih pahan dan beragam pertanyaan dari petani. Diskusi berjalan dengan meriah karena petani banyak petani yang pertama kali membuat trichoderma ini. (Alfian Khamal/KS01)