SOLO, KLIKSOLONEWS.COM – Asian Association of Business Incubation (AABI) bersama Association of Indonesia Business Incubator (AIBI) secara resmi membuka AABI–AIBI Summit 2025, Kamis (16/10/2025) di Hotel Sunan, Surakarta. Acara ini mempertemukan para pembuat kebijakan, pemimpin inkubator, peneliti, dan wirausahawan dari berbagai negara Asia untuk memperkuat kolaborasi serta mempercepat inovasi berkelanjutan di kawasan.
Diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari ICSIE 2025 Conference, pertemuan ini berfokus pada bagaimana ekosistem inovasi dapat mendorong pertumbuhan inklusif dan tanggung jawab lingkungan di tengah perubahan ekonomi global yang cepat.
Acara dibuka dengan sambutan dari Prof. Dr. I Gusti Ayu Ketut R. H., Kepala Lembaga Penelitian UNS (2024–2029), Prof. Kwang-Geun Lee, Presiden AABI, dan Dr. Catur Sugiarto, Presiden AIBI. Dalam pidato mereka, para pembicara menegaskan pentingnya kerja sama antara akademisi, industri, dan pemerintah dalam mewujudkan kewirausahaan berkelanjutan di Asia.
“Tantangan keberlanjutan tidak bisa diselesaikan oleh satu negara saja. Melalui berbagi pengetahuan dan inkubasi kolaboratif, kita dapat memberdayakan startup yang memberi dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Prof. Kwang-Geun Lee dalam sambutannya.
Sepanjang sesi pagi, diskusi membahas bagaimana model inkubasi di Asia beradaptasi terhadap digitalisasi, standar ESG, dan perubahan ekonomi pasca-pandemi.
Dr. Kiwi Aliwarga, Sekretaris Jenderal AIBI, memaparkan perkembangan pesat ekosistem inovasi Indonesia yang kini memiliki lebih dari 190 inkubator dan mendukung lebih dari 12.000 startup di seluruh negeri.
Dari Tiongkok, Ms. Cathy Zheng (Shanghai Technology Innovation Centre), Ms. Han Wei (TusStar Incubator), dan Dr. Jiong Zhang (Shanghai Technology Business Incubation Association) menyoroti jaringan inovasi global yang memperkuat transfer teknologi dan kewirausahaan hijau.
Panel kedua mengangkat strategi ketahanan startup dan pertumbuhan berkelanjutan di kawasan. Ms. Watcharin “Lhing” Witthayaweerasak (Thai-BISPA) mempresentasikan model Bio-Circular-Green Economy Thailand sebagai contoh keseimbangan antara inovasi dan pelestarian lingkungan.
Sementara Prof. Andrew Wong (E3 Global, Malaysia) menekankan pentingnya ketangguhan mental dan konsep “psychpreneurship” dalam mendukung wirausaha menghadapi ketidakpastian.
Dari Filipina, Dr. Ma. Josefina P. Abilay (MVINet) menjelaskan National Innovation Agenda 2023–2032 yang menumbuhkan ribuan inovator baru melalui reformasi kebijakan dan inkubator universitas.
Pada sesi siang, fokus bergeser pada praktik bisnis berbasis ESG di Indonesia.
Rully Yusuf, EVP ESG PT Pegadaian, memaparkan strategi Bullion Banking for Financial Inclusion dalam mendukung ekosistem emas berkelanjutan.
Aloysius Wiratmo dari Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) membahas dekarbonisasi korporasi dan aksi kolaboratif terhadap perubahan iklim.
Sementara Unggul Ananta, CEO Olahkarsa, menegaskan bahwa prinsip ESG kini menjadi inti dari daya saing bisnis jangka panjang.
Acara ditutup dengan sambutan penutup dari Ms. Celina Huang, Wakil Presiden AABI (2024–2025), dan Dr. Kiwi Aliwarga, yang menegaskan misi bersama kedua organisasi untuk memperkuat jejaring inkubator, mendorong kewirausahaan berkelanjutan, dan menghubungkan ekosistem inovasi lintas negara.
Dengan partisipasi lebih dari sepuluh negara Asia, AABI–AIBI Summit 2025 mencerminkan komitmen regional untuk memajukan inovasi berkelanjutan, memperkuat kolaborasi lintas sektor, dan membangun masa depan Asia yang lebih inklusif serta tangguh.






